Sabtu, 23 Maret 2013

How to Make Donuts at Home

Advertisements
Do you know how to make donuts? If you do not know very appropriate when you stop by here to find out what materials are needed to make the donuts.
For those who often make cakes, donuts would make an easy job. So what if you are orag who can not make a cake? The easiest thing to do is direct in to the dealer to buy donuts.
But there are some issues about the taste and cleanliness in donuts that are sold, it is less mature or less sweet so you do not even believe in cleanliness and authenticity of the materials used. That is why you should learn to make donuts to enjoy themselves. Not only in Indonesia, but in large countries were donuts are a popular food. With its distinctive and different from another cake made of donuts has its own place in the hearts of his fans.
how to make donuts



How to make donuts for you who want to make it at home will lay out below:
The tools you need are provided:1. Donut cake mold2. Griddle, if there is a non-stick3. Milling4. Container or basket5. Mixer to knead the dough
The materials you need to prepare:1. Granulated sugar2. Wheat flour3. Eggs, separate the yolks and whites4. Baking5. Fine salt6. Cooking oil7. Toppings to decorate donuts.
Step-by-step on how to make donuts that you do from the beginning:1. Make the dough. You can use a soft flour to the dough ingredients, avoid using flour bergerindil because it will make the donuts are not mature overall.2. Once the dough is done, it's time to do pengulenan. Use the mixer to get a smooth result and shorten your time.3. After evenly, pour in the basket or bowl and close the meeting to 25 minutes.4. Then use grinding to thin the batter according to what you want.5. Then print the appropriate dough donut shape (a circle with a hole in the middle)6. Once printed, you simply fried in oil that is heated first. Immediately lift when the donut is cooked, do not let the donut is black because it is too long on the pan.7. For its toppings you can use meses or brown liquid that will sprinkle on top of cake donuts.
So step how to make donuts at home you can try to practice

Sabtu, 02 Maret 2013

Kisah Wanita Yang Disuruh Bersabar oleh Nabi SAW

pegununganSuatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapati seorang wanita yang menangis tersedu- sedu di sisi kuburan. Ia menangisi putra kesayangannya yg meninggal dunia.
Segera Nabi menasehati dan melipur wanita yg sedang berdua itu dng bersabda: tetapilah ketakwaan kepada Allah dan relakan kepergiannya dengan demikian engkau mendapat pahala dari Allah.
Wanita tersebut meremehkan nasehat Nabi, dan bahkan menimpali nasehat beliau dng berkata : menyingkirlah engkau, krn engkau tdk merasakan betapa besar musibah yg menimpaku, dan engkau juga tidak kuasa memahami musibahku ini.
Tak selang berapa lama wanita itu diingatkan bahwa lelaki yg menasehatinya ialah Nabi.
Tak ayal lagi wanita itu menyesali sikapnya, dan segera pergi ke rumah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, untuk meminta maaf. Ia beralasan bahwa sikapnya tsb dikarenakan ia tdk mengetahui bl yg menasehatinya ialah Beliau.
Nabi menanggapi permintaan maaaf wanita tersebut dng bersabda:
Sejatinya yg disebut dengan kesabaran ialah menahan diri ketika pertama kali ditimpa musibah. (Muttafaqun ‘alaih)
Betapa mudahnya mengucapkan saya sabar setelah musibah berlalu.
Namun betapa beratnya menahan diri dr keluh kesah pada awal terjadinya musibah.
Walau berat namun bukanlah mustahi, krn itu berlatihlah niscaya suatu saat nanti semuanya akan mudah. Percayalah bahwa ala bisa karena biasa.


Apa Saja Kriteria Menjadi Sahabat Nabi SAW

kubahDefinisi sahabat dari Imam Bukhari yang mengajukan kriteria “menemani nabi atau melihatnya dan dia muslim”, rupanya masih belum memuaskan bagi kalangan ahli hadits.
Beberapa kritikan atas definisi tersebut antara lain : pertama, bagi sahabat yang tuna netra, tidak pernah melihat nabi tidak bisa disebut sebagai sahabat. Kedua, adalah definisi tersebut tidak membahas sahabat yang murtad. Kriteria melihat (ra’a), dengan demikian masih menyisakan beberapa persoalan. Untuk mengatasi probel-problem tersebut kemudian ahli hadist mengajukan kriteria “bertemu” (laqiya) sebagai pengganti kriteria “melihat”. Dengan kriteria ini, maka persoalan sahabat yang tidak pernah melihat atau tidak bertemu dapat dijawab dengan tegas (menghindari ambiguitas).
Solusi berikutnya yang diajukan ahli hadis adalah mengajukan kriteria “meninggal sebagai muslim” (wa mata ‘ala al-Islam). Sahabat yang pada akhir hidupnya kemudian diketahui murtad dengan demikian tidak disebut sebagai sahabat. Dengan kriteria-kriteria tersebut akhirnya definisi sahabat adalah Siapa saja yang bertemu Nabi saat dia masih Muslim dan meninggal sebagai Muslim. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ahli hadist mengajukan kriteria minimal yaitu : a) pernah bertemu Nabi, b) muslim dan c) meninggal dalam keadaan muslim.
Mencermati definisi sahabat yang diajukan oleh ahli hadist tersebut di atas, kemudian dapat dikembangkan sebagai alat menentukan apakah seseorang disebut sebagai sahabat atau bukan.
Pertama, kriteria bertemu nabi. Dengan kriteria ini, seseorang yang pernah bertemu nabi, sebelum ditetapkan sebagai Nabi, maka tidak dapat digolongkan sebagai sahabat. Mereka hanya melihat Muhammad sebelum menjadi Nabi. Contoh dalam kasus ini adalah Tabi’ al-Himyari. Dia adalah pemandu Nabi, namun menolak menjadi Muslim. Dia masuk Islam pada masa kekhalifahan Abu Bakar (Ibn Hajar, al-Isaba, 1: 189). Demikian pula, pertemuan seseorang dengan Nabi harus terjadi di dunia riil (‘alam al-shahada). Mereka yang bertemu Nabi dalam dunia lain (‘alam al-ghaib), seperti kasus al-Rabi’ ibn Mahmud al-Mardini, seorang sufi yang bertemu Nabi dalam mimpi, tidak bisa disebut Sahabat. Hal serupa berlaku pada ruh Nabi-nabi yang berjumpa Rasulullah Muhammad SAW dalam mi’raj. Namun, Nabi Isa dianggap sebagai Sahabat. Alasannya adalah: pertama, diyakini bahwa Nabi Isa masih hidup dan dia melihat Nabi selama isra’-mi’raj (jadi pertemuannya adalah riil); dan kedua, meski dirinya juga nabi dan memiliki ajaran sendiri yang dalam beberapa hal berbeda dari ajaran Nabi Muhammad, Isa tunduk pada ajaran Nabi Muhammad. Karenanya dia beriman kepada Muhammad dan dihitung sebagai salah satu pengikut Nabi Muhammad.
Kedua, kriteria muslim dan meninggal sebagai muslim. Kriteria ini dipergunakan untuk mendefinisikan siapa saja dari sahabat yang melakukan tindakan murtad. Dalam kasus ini dapat dicontohkan adalah Abdullah ibn Abi Sarh. Para ahli hadis berselisih pendapat tentang orang yang kembali masuk Islam sesudah Nabi meninggal. Imam Abu Hanifah menolak menyebut orang semacam itu sebagai Sahabat, sebab, menurutnya, tindakan murtad membatalkan semua amal sebelumnya. Tetapi, secara umum, ahli hadis memilih menganggap orang semacam itu sebagai Sahabat. Alasannya dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut pendapat ini, kemurtadan akan menghapus amal kebaikan jika mereka meninggal dalam keadaan murtad; bila kembali masuk Islam, tindakan sebelumnya (amal, status, dan lain-lain) akan pulih kembali. Jadi, menurut pendapat ini, misalnya, al-Ash’ath ibn Qays dan Qurra ibn Hubayra, yang pernah keluar dan kemudian masuk lagi ke Islam sesudah Nabi wafat, dianggap sebagai Sahabat, dan hadis yang diriwayatkan mereka dimasukkan ke dalam masanid.
Ketiga, kriteria siapa saja juga memasukkan golongan jin. Sebagaimana manusia, sebagian jin masuk Islam dan menjadi mukminun, sedang sebagian jin tetap kafir. Jin mukmin yang pernah melihat Nabi dan mendengarkan Nabi berarti masuk dalam kriteria Sahabat yang ditetapkan oleh ahli hadis. Di sisi lain, malaikat, karena mereka bukan makhluk yang menjadi objek dakwah Nabi, maka tidak dikategorikan sebagai Sahabat.
Status Hukum
Dalam definisi yang diuraikan di atas kurang memperhatikan aspek status huku. Oleh karena itu status hukum orang tersebut juga perlu diperhatikan, yakni apakah orang itu sudah baligh atau belum saat bertemu Nabi. Selama periode hidup Nabi, beberapa Sahabat punya anak. Orang tuanya biasanya membawanya kepada Nabi, dan Nabi mendoakannya, memotong rambutnya dan menyuapinya, juga kadang-kadang memberikan nama. Tetapi, ketika Nabi wafat, saat itu kebanyakan anak tersebut belum mencapai pubertas (baligh). Apakah mereka ini juga termasuk Sahabat? Mengenai isu ini, para ahli hadis berselisih pendapat. Yahya ibn Ma’in, Abu Zur’a, Abu Hatim, dan Abu Daud berpendapat bahwa mereka yang belum akil-baligh saat Nabi wafat tidak bisa disebut Sahabat. Mereka menegaskan bahwa anak-anak itu memang “melihat” Nabi tetapi tidak “menemaninya” (lahu ru’ya wa-laysat lahu suhba). Al-Ala’i bahkan berpendapat mereka tidak benar-benar melihat Nabi (wa-la suhbata lahu wa-la ru’yata qat’an – dikutip dari Al-’Iràqì, al-Taqyìd, 293). Al-Waqidi dilaporkan juga menganut pendapat ini.
Menanggapi persoalan tersebut, mayoritas ahli hadis menentang pendapat itu. Sulit bagi mereka menolak klaim Sahabat seperti Al-Hasan ibn Ali dan generasinya, yang mengalami era kenabian (‘asr al-nubuwwa) dan menerima riwayat dari nabi, namun baru akil baligh setelah Nabi wafat. Jika mereka tidak dianggap sebagai Sahabat, maka hadis yang diriwayatkan dari mereka akan masuk kategori mursal, dan posisi mereka akan kurang-lebih setara dengan golongan Tabi’in, meski tidak persis masuk kategori ini.
Ahli hadis punya istilah khusus untuk hadis yang dilaporkan oleh orang yang belum mencapai akil-baligh saat Nabi wafat. Istilah itu adalah “al-mursal al-sahabi.” Berbeda dengan tipe mursal, tipe al-mursal al-sahabi ini tidak dipandang lemah dan dapat dipakai sebagai sumber yang otoritatif. Karena banyak ahli hadis bersikeras bahwa mereka yang lahir di tahun-tahun terakhir masa hidup Nabi adalah layak disebut Sahabat, maka tentu diperkirakan golongan ahli hadis ini akan memasukkan hadis dari mereka ke dalam kategori musnad.
Wallahu ‘Alam Bishshowab

Nabi SAW Memberi Contoh Adab Masuk Rumah

pintu-rumah-klasikIslam telah memberikan perhatian yang sangat besar pada masalah adab meminta ijin masuk rumah. Allah telah mengaturnya secara khusus sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-Nuur : 27-29 :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum minta ijin dan memberikan salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat ijin. Dan jika dikatakan kepadamu : “Kembali (saja)lah”; maka hendaknya kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami, yang di dalamnya ada keperluanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan”.
Bahkan Allah telah memerintahkan kepada para orang tua untuk mendidik serta membiasakan anak semenjak usia dini agar meminta ijin ketika ingin memasuki kamar orang tuanya di tiga waktu khusus, sebagaimana firman Allah :
”Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta ijin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu : sebelum sembahyang shubuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari, dan sesudah sembahyang ‘Isya’. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. An-Nuur : 58).
Akan tetapi bila telah menginjak usia baligh, maka ia harus meminta ijin kapan saja dan dimana saja, baik di dalam rumah ataupun di luar rumah, karena Allah telah berfirman :
”Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta ijin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta ijin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. An-Nuur : 59).
Secara lebih detail, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan adab dan etika meminta ijin melalui sunnah-sunnahnya, yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
Menyebutkan nama bagi orang yang meminta ijin dengan mengatakan,”Saya adalah Fulan”.
Dari Jabir radliyallaahu ‘anhu ia berkata :
”Aku mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam maka aku mengetuk pintu. Lalu beliau bertanya : “Siapa?”. Maka aku menjawab : “Saya”. Lalu beliau berkata : “Saya, saya”. Sepertinya beliau tidak suka” (HR. Bukhari Muslim).
Dari Abu Dzar radliyallaahu ‘anhu ia berkata :
“Aku keluar pada suatu malam, ternyata ada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sedang berjalan seorang diri. Maka aku sengaja berjalan di bawah cahaya bulan, lalu beliau menoleh dan melihatku. Maka beliau bertanya : “Siapa ?”. Aku menjawab : “Abu Dzarr” (HR. Bukhari Muslim).
Meminta ijin tiga kali (dengan mengetuk pintu dan mengucapkan salam)
Adab bagi seorang yang hendak bertamu adalah mengetuk pintu (hadits Jabir di atas) dengan pelan/tidak terlalu keras sambil minta ijin dengan mengucapkan salam.
Dari Kildah bin Hanbal radliyallaahu ‘anhu ia berkata :
”Aku mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam lalu aku masuk ke rumahnya tanpa mengucapkan salam. Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : ‘Keluar dan ulangi lagi dengan mengucapkan Assalamu’alaikum, boleh aku masuk?” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan ia – yaitu Tirmidzi – berkata : Hadits hasan).
Dari Abi Musa Al-Asy’ary radliyallaahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda :
”Minta ijin masuk rumah itu tiga kali, jika diijinkan untuk kamu (masuklah). Dan jika tidak, maka pulanglah” (HR. Muslim).
Itulah adab syar’i yang mungkin “asing” di tengah kaum muslimin. Kita tidak perlu marah atau kesal jika pemilik rumah tidak memberi ijin dan menyuruh kita kembali pulang. Barangkali si pemilik rumah mempunyai hajat kesibukan atau udzur, sehingga tidak bisa melayani kedatangan tamu.
Tidak menghadap ke arah pintu
Ketika kita mengetuk pintu, dianjurkan untuk tidak menghadap ke arah pintu. Adab ini adalah untuk menghindari terlanggarnya kehormatan muslim lainnya dengan melihat sesuatu yang bukannya haknya untuk dilihat.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Bisyr radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :
”Apabila Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mendatangi pintu/rumah seseorang, beliau tidak berdiri di depan pintu. Akan tetapi di samping kanan atau di samping kiri. Kemudian beliau mengucapkan : Assalamu’alaikum Assalamu’alaikum” (HR. Abu Dawud).
Tidak boleh melihat ke dalam rumah
Poin ini merupakan kaitan dari poin nomor 3 di atas.
Dari Hudzail ia berkata : “Seorang laki-laki – ‘Utsman bin Abi Syaibah menyebutkan laki-laki ini adalah Sa’ad bin Abi Waqqash radliyallaahu ‘anhu – berdiri di depan pintu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam untuk meminta ijin. Ia berdiri tepat di depan pintu. – Utsman bin Abi Syaibah mengatakan : Berdiri mengahadap pintu – . Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya :
”Menyingkirlah dari depan pintu, sesungguhnya meminta ijin itu disyari’atkan untuk menjaga pandangan mata” (HR. Abu Dawud).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
”Sekiranya ada seseorang yang mengintip rumahmu tanpa ijin, lalu engkau melemparnya dengan batu sehingga tercungkil matanya, maka tidak ada dosa atasmu” (HR. Bukhari dan Muslim).
Inilah beberapa adab Islam dalam minta ijin masuk rumah yang ana coba himpun. Masih banyak yang belum tertulis secara detail, namun setidaknya inilah pokok-pokoknya. Semoga bermanfaat,….. dan yang lebih penting lagi : Semoga Allah mempermudah kita untuk melakukannya serta mencintai sunnah-sunnahnya shallallaahu ‘alaihi wasallam.

kisah teladan islami penggugah jiwa dan berbagai informasi seputar dunia islam

 

 

Melancong ke Kota Anatolia Turki, Ada Kaligrafi Al Quran Kuno Berusia 200 Tahun

kaligrafiSebuah Al Quran kaligrafi yang diperkirakan berumur 200 hingga 250 tahun ditemukan dalam bentuk sebuah tulisan tangan. Ditemukan pada sebuah atap masjid di Pusat Anatolia provinsi Konya. Al Quran kuno tersebut lansung dikirim di perpustakaan Seni Kaligrafi di Daerah Konya.
Direktur perpustakaan, Bakir Sahin, mengatakan bahwa karya-karya itu telah ditemukan secara tidak sengaja ketika renovasi dan pembersihan atap masjid.
Ia mengatakan bahwa para pekerja yang telah menemukan artefak sebuah Al Quran kuno, hingga akhirnya mereka memanggil pihak perpustakaan. “Kami membentuk tim dan pergi ke masjid untuk mendapatkan artefak tersebut. Ditemukan sekitar empat puluh karya seni kaligrafi dan diperkirakan berumumr sekitar 200 hingga 250 tahun. Terdapat 32 bagian Al Quran. Dua Al Quran kuno tersebut masih tetap berada didalam masjid untuk koleksi masjid,” kata Sahin.

Sahin juga mengatakan bahwa karya seni Al Quran kuno tersebut nanti akan didaftarkan di perpustakaan setelah proses penelitian sekitar satu tahun dan nanti akan dijadikan sebuah koleksi dan dipajang pada perpustakaan untuk menjadi objek pendidikan sejarah.
Ia mengatakan bahwa penemuan Al Quran kuno tersebut sangat penting. “Hal ini tidak diketahui ketika para pekerja masjid melemparkan Al Quran kuno tersebut. Tetapi setelah itu para pekerja menyadari bahwa yang mereka lempar adalah Al Quran kuno, sehingga mereka memberitahukan kepada kami. Ini merupakan karya sejarah yang sangat penting. Kami juga pernah menemukan beberapa artefak serupa di tempat sampah. Saat ini banyak warga yang sadar mengenai benda-benda bersejarah sehingga masyarakat sering menginformasikan kepada kami untuk menyelidiki berbagai artefak.”
Sahin mengatakan bahwa artefak yang pernah ditemukan berumur sekitar 250 tahun. “Ini adalah Al Quran dalam seni tulisan tangan (kaligrafi) dan memiliki bentuk lambang di atasnya, dengan menyimbolkan bahwa dunia adalah fana. Ada juga pernah ditemukan berbagai kumpulan hadits Nabi Muhammad. Ini adalah harta yang sangat berharga.”

Bagaimana Rasulullah SAW Tidur?

pohonSakuraTidur Rasulullah saw merupakan cara tidur yang sangat baik bagi kesehatan. Setiap posisi dan waktu yang beliau pilih untuk tidur sangat bermakna bagi kesehatan bahkan jauh sebelum ilmu kedokteran berkembang seperti sekarang. Ibnu Qayyim berkata, “Barangsiapa yang memperhatikan pola tidur dan bangun beliau, niscaya mengetahui bahwa tidur beliau tersebut paling proporsional dan paling bermanfaat untuk badan, organ, dan kekuatan.”
Mau tahu banyak bagaimana cara-cara Rasulullah saw tidur? Kalau begitu ayo kita intip. Ada beberapa kebiasaan yang dilakukan Rasulullah saw berkenaan dengan tidur yang mungkin kita tidak tahu selama ini namun perlu kita ketahui sekarang agar kita bisa lebih mengenal orang yang paling kita sayangi didunia ini setelah Allah swt ini, yaitu:
• Rasulullah saw mempunyai kebiasaan tidur pada awal malam kemudian bangun pada permulaan paruh kedua malam. Pada saat itu beliau bangun lalu bersiwak, berwudhu dan melaksanakan sholat tahajjjud
• Rasulullah saw selalu tidur dalam keadaan miring, terutama dalam posisi miring ke kanan
• Terus berdzikir sampai jatuh tertidur
• Rasulullah saw tidak pernah tidur dalam kondisi perut penuh makanan dan minuman
• Rasulullah saw tidak pernah tidur di atas tanah tanpa alas dan tidak pernah tidur di atas kasur yang terlalu tinggi pula. Minimal beliau memakai kasur yang berisi sabut, menngunakan bantal dan kadang-kadang meletakkan tangannya di bawah pipi.
Setelah tahu kebiasaan-kebiasaan Rasulullah SAW dalam hal tidur mungkin kita juga perlu tahu bagaimana aturan-aturan tentang tidur yang telah diajarkan oleh Rasulullah:
1.Tidur Terbaik
Tidur terbaik adalah tidur yang dimulai dengan posisi miring ke kanan. Tujuannya adalah agar makanan dapat masuk ke dalam lambung dengan sempurna. Hal ini dikarenakan posisi lambung yang berada agak ke samping kiri. Kemudian padanya dianjurkan untuk mengubah posisi ke kiri untuk mempercepat proses pencernaan. Baru kemudian tidur dilanjutkan dengan posisi miring ke kanan kembali. Sebagai peringatan, jangan terlalu sering tidur dalam posisi miring ke kiri karena hal itu dapat membahayakan organ hati yang berada di sisi kiri dekat dengan lambung. Pada saat itu organ-organ tubuh akan mengarah pada hati dan beresiko mengalirkan bahan berbahaya ke dalamnya.
Ada yang menyatakan bahwa hikmah tidur dengan posisi miring ke kanan adalah agar orang yang melakukannya tidak terlalu lelap dalam tidurnya, karena posisi hati/jantung di dalam tubuhnya agak miring ke kiri. Jadi jika seseorang tidur dengan posisi miring ke kanan, maka jantungnya akan terdorong dari tempatnya di sebelah kiri. Hal itu akan mencegah orang yang bersangkutan tidur terlalu lama dan terlalu lelap.
Posisi tidur Nabi saw setelah miring kesebelah kanan Kemudian, beliau berbalik bertumpu sedikit pada sisi kiri, supaya dengan begitu proses pencernaan lebih cepat karena condongnya lambung di atas hati. Kemudian beliau kembali tidur bertumpu pada sisi kanan lagi, agar makanan segera larut dari lambung; jadi posisi permulaan dan posisi terakhir tidur bertumpu pada sisi kanan.
a. Untuk jalan nafas, tidur miring mencegah jatuhnya lidah kebelakang yang dapat menyumbat jalan nafas. Lain halnya jika tidur pada posisi terlentang maka relaksasi lidah pada saat tidur dapat mengakibatkan penghalangan jalan nafas, penampakan dari luar berupa mendengkur. Jika suami Anda suka mendengkur atau mengorok, coba cara ini.
Orang yang mendengkur mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen malah kadang-kadang dapat terjadi henti nafas untuk beberapa detik yang akan membangunkan orang yang tidur dengan posisi demikian. Orang tersebut biasanya akan bagun dengan keadaan pusing karena kurangnya pasokan oksigen ke otak. Tentunya ini sangat mengganggu tidur kita.
b. Untuk jantung, tidur miring kesebelah kanan membuat jantung tidak tertimpa organ lainnya ini karena posisi jantung yang memang berada lebih disebelah kiri. Tidur bertumpu pada sisi kiri menyebabkan curah jantung yang berlebihan karena darah yang masuk ke atrium juga banyak, sebab paru-paru kanan berada diatas sedangkan paru-paru kanan mendapatkan pasokan darah yang lebih banyak dari paru-paru kiri.
c.Bagi kesehatan paru-paru: paru-paru kiri lebih kecil dibandingkan dengan paru-paru kanan. Jika tidur miring kesebelah kanan, jantung akan jatuh kesebelah kanan, itu tidak menjadi masalah karena paru-paru kanan besar, lain halnya kalau bertumpu pada sebelah kiri, jantung akan menekan paru kiri yang berukuran kecil, tentu ini sangat tidak baik.
2. Selain posisi tidur yang miring ke kanan Nabi saw juga meluruskan punggungnya pada saat tidur, manfaatnya adalah supaya organ-organ dalam tidak tertekan, posisi tersebut juga melancarkan peredaran darah.
3.Sedikit menekuk kaki
Di dunia kedokteran seorang dokter akan meminta pasien menekuk kakinya jika dokter tersebut akan memeriksa perut pasien. Fungsi dari sedikit menekuk kaki adalah untuk mengendurkan otot-otot perut sehingga lebih mudah untuk diperiksa. Menekuk kaki sedikit pada saat tidur menolong organ-organ dan otot otot perut itu sendiri untuk relaksasi lebih sempurna. Sehingga tidur kita lebih nyaman.
4. Menggunakan telapak tangan sebagai bantal.
Kita tentu sering dengar bahwa posisi leher sangat mempengaruhi kualitas tidur. Leher yang tidak lurus pada saat tidur menyebabkan sakit leher pada saat bangun dan biasanya ini menetap beberapa lama sehingga mengganggu aktifitas. Maha suci Allah yang menciptakan tangan sedemikian rupa sehingga apabila kita melihat orang yang tidur dengan telapak tangan maka antara kepala, leher dan punggung tercipta garis lurus.
5. Tidur Terburuk
Tidur terburuk adalah tidur dalam posisi telentang. Posisi ini hanya diperkenankan untuk beristirahat dan bukan untuk tidur. Namun demikian dibandingkan dengan posisi tidur telentang tidur dengan posisi tengkurap adalah posisi tidur yang paling buruk. Selain itu, selain bagi orang sakit, tidur di pagi dan sore hari adalah hal terburuk. Tidur di pagi hari dapat membahayakan tubuh karena kebiasaan ini dapat membuat tubuh lemah dan merusak organ-organ tubuh. Bahkan jika tidur di pagi hari dilakukan sebelum buang air besar, gerak badan/olah raga dan mengaktifkan lambung dengan makanan, maka kebiasaan tersebut dapat memunculkan berbagai macam penyakit. Sedangkan tidur di sore hari sesudah sholat Ashar dapat membuat orang kehilangan akal.